Archive for Juli 2014

BIO PESTISIDA

Senin, 07 Juli 2014
Posted by Roxi

Pengendali Hama dari Bahan Alami (Bio-Pestisida)



Obat-obat alami dapat dibuat sendiri dari bahan yang ada disekitar kita. Asal kita mau sedikit berkreasi, maka cara membuat obat-obatan alami tersebut tidak sulit, Walaupun ini obat alami cara penggunaannya harus bijaksana, artinya baru digunakan kalau serangan hama sudah diatas ambang batas.
Beberapa pengendali hama alami / pestisida nabati :

Ramuan obat dari daun-daun pahit (sebagai pupuk cair)
Bahan pokok : Masing-masing 1 genggam.
Daun (kumis kucing, mangkokan, sirsat, ginseng, bunga matahari, ketepeng kebo, sampang, pace, johar, awar-awar, jenu, lerak, mindi, senggunggu, brotowali, mahoni, mimba, gadung, pepaya).
Bahan tambahan : Kapur tohor 10 Kg, Garam dapur 1 Kg, pupuk kandang 1 zak (pupuk), kunyit 1 kg dan belerang secukupnya.
Cara membuat :
a)   Daun-daun tersebut direndam dalam drum diberi air 25 liter
b)  Masukkan garam dapur, kapur dan pupuk kandang dalam drum.
c)   Ditutup rapat, biarkan membusuk sampai 1 minggu..
d)  Kunir diparut dimasukkan dalam ember ditambah air secukupnya.
e)   Saring busukan daun dan kunir.
f)   Campurkan 1 liter larutan kunir dengan 2 liter larutan busukan daun.
g)  Perbandingan pemakaian larutan 1 liter larutan kunir, 2 liter larutan busukan daun dan 5 liter air (1:2:5).

Manfaatnya :
a)   Untuk menghalau hama tikus, wereng, walangsangit, buduk kacang dan ulat.
b)  Mencegah penyakit busuk pada tanaman pisang.
Ampasnya sebagai pupuk alami


Pola Pertanian yang dilakukan oleh mayoritas petani di kabupaten kupang adalah HEISA. Pola HEISA atau High External Input Sustainable Agriculture merupakan pola pertanian berkelanjutan yang tinggi ketergantungan akan input dari luar usahataninya seperti pupuk dan pestisida kimia. Keadaan ini berlangsung hampir di seluruh wilayah di kabupaten kupang sehinnga menyebabkan kondisi dimana sangat sulit untuk merubah paradigma pertanian HEISA menjadi pertanian hijau. Tinggi ketergantungan dan kebiasaan pada masyarakat ini mengakibatkan munculnya suatu persepsi risk aversion, dimana petani sebagai penghindar resiko akan lebih memilih menerapkan pola yang sudah sering ia terapkan ketimbang pola baru yang diperkenalkan oleh penyuluh karena belum adanya bukti nyata. Padahal sebenarnya pola HEISA akan sangat berdampak buruk tidak saja bagi tanah, lingkungan serta manusia pun akan rusak, karena apa bila kandungan zat kimia yang terdapat pada suatu tempat baik itu di tanah, tanaman dan tubuh manusia sifatnya belebihan maka akan mendatangkan malah petaka (penyakit bahkan kematian). Serta pola pertanian HEISA ini berampak buruk bagi tanah karena akan merusakan struktur dan tekstur tanah akibat residu pupuk dan pestisida menyebabkan menurunnya atau matinya mikroorganisme tanah. Bagi lingkungan, misalnya pencemaran air, ledakan populasi hama akibat musuh alami yang berkurang dan lain sebagainya. Secara tidak langsung, ekan terjadi resesi ekonomi akibat biaya pengadaan input untuk saran produksi yang semakin mahal. Oleh sebab itu para penyuluh pertanian memikul tanggung jawab yang sangat besar dalam membimbing para petani di kabupaten kupang ini menuju ke arah pertanian LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) atau yang lebih dikenal dengan peratanian hijau. Dan ada baiknya kitapun sebagai kaum akademisi mau memberi sumbangan tenaga untuk bekerja bersama-sama dengan pihak pemerintah dalam mensosialisasikan pola pertanian Hijau atau LEISA. Dengan pendekatan kekeluargaan sehingga petani dapat lebih memahami dan mau menerapkan pola pertanian hijau, yang menjadi penting disini bagaimana sikap pemerintah ? apakah pemerintah hanya mengutus para penyuluh untuk menyulukan tampa ada tindak nyata.
Menurut saya pemerintah harus dapat bertindak lebih progresif dalam merubah paradigma masyrakat tani di kabupaten kupang mengenai pola pertanian Hijau atau LEISA dengan tidak saja menurunkan tenaga penyuluh tetapi mau memberikan semua sarana produksi yang rama lingkungan tersebut kepada para petani secara gratis agar petani dapat mencobanya dilahan mereka dan tidak takut serta merasa rugi bila terjadi kegagalan, kerena hal inilah yang menjadi dasar pemikiran petani untuk tidak mau merubah apa yang ada dengan sesuatu hal yang baru yang belum dilihat secara nyata hasilnya.  Dari situ petani akan melihat bahwa pola pertanian hijau bukanlah hal yang harus ditakuti.

YANG PERLU DITERAPKAN PETANI

Kamis, 03 Juli 2014
Posted by Roxi


PERTANIAN ORGANIK SEBAGAI SISTEM BERKELANJUTAN
PENDAHULUAN
Dewasa ini seiring dengan meningkatnya taraf hidup, kesejahteraan dan tingkat pendidikan serta kesadaran masyarakat tentang bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian, menyebabkan meningkatnya tuntutan akan produk pangan bermutu dan aman seperti produk pertanian organik semakin meningkat.  Untuk itu petani selaku produsen diharapkan dapat menjawab dan memenuhi tuntutan tersebut.  Untuk memperoleh produk pangan bermutu dan aman harus dimulai dari tahap awal proses produksi, yaitu dari persiapan lahan, benih, penanaman, pemeliharaan (pemupukan, perlindungan dan pengairan) sampai kepada kegiatan panen, pasca panen, pengolahan, distribusi dan penyajian sampai pangan siap dikonsumsi.  Keseluruhan proses produksi produk pangan tersebut harus memenuhi syarat sesuai dengan yang ditetapkan.    Kenyataan di lapangan saat ini menunjukkan kondisi yang kontradiktif, dimana dalam upaya memperoleh tingkat produktivitas dan produksi yang optimal berbagai upaya dilakukan oleh petani untuk mengamankan produksi usahataninya, seperti penggunaan pestisida dan pemupukan yang kurang bijaksana yang dikhawatirkan merusak lingkungan dan rentan terhadap kemungkinan terjadinya cemaran produk pangan oleh residu pestisida yang dapat membahayakan kesehatan.
Seiring dengan semakin berkembangnya “trend” gaya hidup sehat di masyarakat global dengan slogan “back to nature”, menyebabkan permintaan akan produk pertanian organik dan ramah lingkungan semakin meningkat.  Meningkatnya animo masyarakat terhadap produk pertanian organik dan upaya sosialisasi tentang manfaat pertanian organik yang dilakukan oleh pemerintah dan pemerhati pertanian organik mendorong semakin bertambahnya jumlah pelaku usaha pertanian organik.
Dalam upaya membangun dan mengembangkan pertanin organik di Indonesia khususnya di Bali,  masih banyak kendala dan hambatan yang ditemui disamping beberapa hal yang sudah dicapai sebagai faktor penunjang dalam pengembangan lebih lanjut.  Beberapa kendala tersebut antara lain adalah masih adanya perbedaan persepsi terhadap penerapan sistem pertanian organik di lapangan oleh berbagai “stake holder”, maraknya klaim organik oleh pelaku usaha yang kurang dapat dipertanggungjawabkan, kurangnya apresiasi masyarakat terhadap produk organik, perbedaan proses sertifikasi serta potensi dan peluang pasar yang tersedia.
II. PRINSIP- PRINSIP PERTANIAN ORGANIK
Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan pada tahun 1960-an dalam rangka peningkatan produksi pangan telah menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan sebagai akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang kurang mempertimbangkan keseimbangan ekosistem.  Eksploitasi lahan sawah secara intensif yang berlangsung secara terus menerus dan berlangsung bertahun-tahun telah mengakibatkan penurunan kesuburan dan sifat fisik maupun kimia tanah.  Pemberian pupuk kimia (anorganik) secara terus menerus untuk  mengejar tingkat produktivitas, tanpa diimbangi dengan upaya-upaya memperbaiki kondisi fisik tanah melalui penambahan bahan organik menyebabkan kandungan bahan organik tanah menurun, tanah menjadi kompak, kerusakan struktur tanah dan aerasi tanah berkurang yang mengakibatkan penurunan kemampuan tanah dalam menyimpan dan melepaskan hara dan air bagi tanaman sehingga mengurangi efisiensi penggunaan pupuk dan air irigasi, dan kondisi ini dikenal sebagai tanah sakit.
Pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama dikenal, sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia, dimana semuanya dilakukan secara tradisional dengan menggunakan bahan-bahan alamiah.  Pertanian organik modern didefinisikan sebagai sistem budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintettis.  Pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistic yang mendukung dan mempercepat biodiversity, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah.  Filosofi pertanian organik sesungguhnya merupakan himbauan moral untuk berbuat kebajikan pada lingkungan sumberdaya alam dalam melakukan praktek pertanian dengan mempertimbangkan 3 (tiga) aspek, yaitu :
  1. Aspek Ekonomi.
Dalam sistem pertanian organik, selalu mempertimbangkan efisiensi terhdap penggunaan sumberdaya, efisiensi terhadap penggunaan bahan input eksternal, meminimalkan biaya pengobatan dan meningkatkan pendapatan/nilai tambah.
  1. Aspek Ekologi
Dalam usahatani organik, selalu diupayakan semaksimal mungkin memanfaatkan input lokal, meminimalkan polusi dari proses kegiatan produksi, memperbaiki tekstur dan kesuburan tanah, menyeimbangkan keanekaragaman biologi, mengedepankan usahataniberkelanjutan, konservasi sumberdaya alam dan berupaya menjaga keseimbangan ekosistem.
  1. Aspek Sosial.
Dalam usahatani organik selalu berupaya meningkatkan kepekaan yang lebih baik terhadap lingkungan, penghargaan terhadap budaya lokal, pemenuhan kebutuhan produk yang sehat dan aman dikonsumsi, mengutamakan lingkungan kerja yang aman dan sehat serta menjaga keharmonisan sosial di pedesaan.
Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta tidak merusak lingkungan.  Dalam prakteknya pertanian organik dilakukan dengan cara, antara lain :
  1. Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO = Genetikally  Modified Organisme).
  2. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis, pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, rotasi tanaman dan menggunakan pestisida organik.
  3. Menghindari penggunaan  zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis.  Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan menambah residu tanaman,  pupuk kandang dan bantuan mineral alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman.
  4. Menghindari penggunaan hormon tumbuhan dan bahan aditif sintetis dalam makanan ternak.

Sesuai dengan definisi dan tujuan dari pelaksanaan pertanian organik, maka dalam pengelolaan  pertanian organik harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
  1. Prinsip kesehatan : pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan dan manusia serta Bumi sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan.
  2. Prinsip ekologi : pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan, bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklun ekologi kehidupan.  Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan, dimana produksi didasarkan atas proses dan daur ulang ekologis.  Siklus ini bersifat universal tetapi dalam opersionalnya bersifat lokal sepesifik.
  3. Prinsip keadilan : pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.
  4. Prinsip perlindungan : pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan  dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.
Badan Standardisasi Nasional (BSN) menjelaskan prinsip-prinsip pertanian secara lebih rinci, dimana untuk produk tanaman prinsip-prinsip produksi pangan organik ditetapkan sebagai berikut :
  1. Pada lahan yang sedang dalam periode konversi paling sedikit 2 (dua) tahun dari penggunaan bahan kimia terakhir, sebelum penebaran benih dilakukan dan untuk tanaman tahunan minimal 3 (tiga) tahun.
  2. Dalam hal seluruh lahan tidak dapat dikonversi secara bersamaan, maka boleh dikerjakan secara bertahap dengan menerapkan standar konversi dimulai pada bagian lahan yang dikehendaki.
  3. Areal yang sedang dalam proses konvers dan areal yang telah dikonversi untuk produksi pangan organik tidak boleh diubah. Jika kembali menggunakan input kimia, maka produk yang dihasilkan dikategorikan sudah tidak organik lagi dan harus menunggu minimal 3 (tiga) tahun untuk menghasilkan produk organik.
  4. Tidak menyiapkan lahan dengan cara pembakaran, termasuk pembakaran sampah.
  5. Penyiapan benih harus berasal dari tumbuhan yang  ditumbuhkan secara organik, kecuali pada tahap awal dapat digunakan benih dengan perlakuan pestisida dan dalam penggunaannya dilakukan pencucian untuk meminimalkan residu pestisida sintetik.
  6. Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO = Genetically Modified Organism).
  7. Sumber air yang tidak terkontaminasi.
  8. Menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis. Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan menambah residu tanaman, pupuk kandang yang telah dikomposkan, penanaman legume dan rotasi tanaman.
  9. Dilarang menggunakan pupuk yang berasal dari kotoran manusia (tinja) dan kotoran babi.
10. Pengendalian hama/penyakit dan gulma dilakukan secara mekanis, biologis serta rotasi tanaman.
11. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis.
12. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator).
Berapapun lama masa konversi, produksi pangan organik hanya dimulai pada saat proses produksi telah mendapat pengawasan serta menerapkan tatacara produksi sebagaimana yang telah ditentukan dalam sistem pertanian organik.  Untuk produk ternak, hewan ternak yang dipelihara untuk produksi organik harus menjadi bagian integral dari unit produksi usahatani organik dan harus dikelola sesuai dengan kaidah-kaidan standar organik.  Pengelolaan peternakan organik harus dilakukan dengan menggunakan metode pembibitan (breeding) alami, meminimalkan stress, mencegah penyakit, secara progresif menghindari penggunaan obat hewan jenis kemoterapika (termasuk antibiotik) alopati kimia (chemical allopathic), mengurangi penggunaan pakan ternak yang berasal dari binatang (tepung daging) serta menjaga kesehatan dan kesejahteraan hewan peliharaan.
III.   PERTANIAN BERKELANJUTAN
Usahatani merupakan suatu jalinan yang kompleks yang terdiri dari : tanah, tumbuhan, hewan, peralatan, tenaga kerja, input lain dan pengaruh-pengaruh lingkungan yang dikelola oleh seorang petani sesuai dengan kemampuan dan aspirasinya.  Usahatani sebagai suatu sistem untuk dapat berkelanjutan harus dikelola secara bijaksana berdasarkan kemampuan lingkungan fisik, biologis dan sosioekonomis serta sesuai dengan tujuan, kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki petani sehingga tidak mengakibatkan penurunan daya dukung sumber daya alam dalam jangka panjang.
Dalam pertanian berkelanjutan, suatu sistem usahatani harus menghasilkan suatu tingkat produksi yang memenuhi kebutuhan material (produktivitas) dan kebutuhan sosial (identitas) petani dalam batas-batas keamanan tertentu dan tanpa penurunan sumber daya alam dalam jangka panjang. Karena tujuan keamanan, kesinambungan dan identitas biasanya bersaing dengan tingkat produktivitas yang sifatnya segera.
Pertanian berkelanjutan dijumpai pada konsep LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture).  LEISA mengacu pada bentuk-bentuk usahatani yang berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal yang ada dengan mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usahatani yaitu : tanaman, ternak/hewan, tanah, air, iklim dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling besar, serta berusaha mencari cara pemanfaastan input luar hanya bila diperlukan untuk melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam ekosistem dan meningkatkan sumberdaya biologi, fisik dan manusia dengan titik perhatian utama melalui maksimalisasi daur ulang dan meminimalisasi kerusakan lingkungan.
Prinsip-prinsip dasar ekologi pada pertanian LEISA adalah sebagai berikut :
  1. Menjamin kondisi tanah yang mendukung bagi pertumbuhan tanaman, khususnya dengan mengelola bahan-bahan organik dan meningkatkan kehidupan mikro organisme dalam tanah.
  2. Mengoptimalkan ketersediaan unsur hara dan menyeimbangkan arus unsur hara, khususnya melalui pengikatan Nitrogen, daur ulang dan pemanfaatan pupuk luar sebagai pelengkap.
  3. Meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi Matahari, udara dan air melalui pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air dan pengendalian erosi.
  4. Meminimalkan serangan hama dan penyakit terhadap tanaman dan hewan melalui pencegahan dan perlakuan pengendalian yang aman.
  5. Saling melengkapi dan sinergi dalam penggunaan sumber daya genetik yang mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu.
Dalam sistem pertanian berkelanjutan agar usahatani tetap produktif dan sehat, harus ada jaminan bahwa jumlah unsur hara yang hilang dari tanah tidak melampaui jumlah unsur hara yang dikembalikan ke tanah, sehingga tetap produktif dalam jangka panjang.
IV.   PERTANIAN ORGANIK SEBAGAI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN
Konservasi merupakan faktor yang penting dalam sistem usahatani berwawasan lingkungan.  Konservasi sumberdaya terbarukan berarti sumberdaya tersebut harus dapat difungsikam secara berkelanjutan.  Pertanian ramah lingkungan dimana salah satunya dalah dengan menerapkan pertanian organik, merupakan upaya untuk memfungsikan sumberdaya secara berkelanjutan.  Beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam menjaga keberlanjutan produksi yang ramah lingkungan adalah : 1) pemanfaatan sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis (terutama lahan dan air) secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam; 2) proses produksi atau kegiatan usahatani yang dilakukan secara ramah lingkungan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif pada masyarakat; 3) penanganan pasca panen dan pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran serta pemnafaatan produk tidak menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah); 4) produk yang dihasilkan harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman dikonsumsi.
Memperhatikan prinsip-prinsip dalam pertanian organik yang mengedepankan : kesehatan, ekologi, keadilan dan perlindungan sebagaimana disebut di atas,  tampak dengan jelas bahwa pertanian organik sangat sesuai dengan prinsip dan konsep LEISA yang berupaya untuk mempertahankan dan sedapat mungkin meningkatkan sumber daya alam serta memanfaatkan secara maksimal proses-proses alami, dimana sebagian dari produksi dipasarkan, maka dicari peluang untuk memperoleh kembali unsur hara yang hilang dari sistem usahatani ke pasar.  Tujuan dari pertanian organik juga sangat sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian dalam upaya menciptakan pembangunan pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture) dimana aspek lingkungan menjadi salah satu titik perhatian utama guna terciptanya keseimbangan ekosistem lahan pertanian disamping aspek peningkatan produksi.  Dengan kondisi tersebut maka pertanian organik dapat dikatakan sebagai suatu sistem pertanian berkelanjutan dimana dalam proses produksinya selalu menekankan pelestarian dan konservasi sumber daya alam, proses produksi secara alami sehingga tetap produktif dalam jangka panjang.

Welcome to My Blog

Popular Post

Blogger templates

Sample Text

Sample text

Blogger templates

Blogger templates

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Ads 468x60px

Social Icons

Mengenai Saya

Followers

Featured Posts

- Copyright © SEPUTAR DUNIA PERTANIAN -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -